Komunitas Indie Bandung Luncurkan Album Rock
Bandung (ANTARA News) - Ribuan anak muda yang tergabung dalam komunitas indie memenuhi kawasan Eldorado Bandung, Sabtu malam larut dalam acara peluncuran album yang digawangi The Sigit sebuah band beraliran rock n roll.

Antusias komunitas indie yang memenuhi kapasitas lokasi acara sekitar 3.000 orang tampak terlihat dari suasana melebur kendati penuh sesak dan tanpa menyisakan sedikitpun ruang kosong.

Acara tersebut merupakan acara peluncuran album kompilasi terbaru band indie yang digawangi band beraliran rock n roll yaitu The Sigit yang juga diisi pula grup band indie lainnya.

Hal menarik adalah pengunjung acara tersebut ternyata tidak hanya dari Bandung, Komunitas Indie Jogjakarta dan Semarang juga hadir di acara tersebut. Telebih lagi banyak juga para pengunjung yang datang dari Jakarta.

Selain itu antusiasme terlihat jelas walaupun tiket masuk dipatok dengan harga Rp20.000,- namun, tidak menyurutkan anak-anak komunitas indie tersebut.

Acara tersebut dimulai pada pukul 20.00 WIB tetapi antusias ribuan anak muda sudah memenuhi kawasan Eldorado dan sekitar Jalan Setiabudhi yang macet total.

Tidak kalah juga menarik adalah pada acara tersebut walaupun menyajikan band yang beraliran cukup keras dengan alunan rock n roll tetapi para pengunjung tidak diperkenankan untuk merokok apalagi minuman keras.

The Sigit band indie yang mandiri tanpa mempergunakan label rekaman musik yang terkenal atau sudah besar. The Sigit telah berdiri selama enam tahun di pentas musik indie Indonesia dan merupakan band asli dari bandung.

Band tersebut digawangi oleh empat orang yaitu Farry Ichsan (gitaris), Recti (Vokalis), Adit (Basis), dan Donar armand (Drumer).

"Ini merupakan album kedua kami berjudul dyslexia terdiri dari 11 lagu, percampuran antara lagu baru dan lagu lama, dan semua lagu mempergunakan bahasa Inggris," kata Farry selaku gitaris.

Diakui mereka telah manggung sebanyak 300 kali di Kota Bandung dan ini yang ke-301. belum termasuk di daerah lain seperti Jogja, semarang, Medan, Balikpapan, dan lainnya, ujar Recti (vocalis).

Recti menjelaskan bahwa sulit sekali mempertahankan band dengan status indie, karena dari segi materi band indie tidak banyak menghasilkan uang. Tetapi karena kecintaan akan bermusik maka terus semangat. (*)